Pages

Ads 468x60px

27 November 2014

Jalan Jalan : Menembus Magelang - Boyolali lewat Selo dan Kopeng Part 2

Setelah kemarin merasakan sensasi naik turun gunung melalui jalur Selo dan Kopeng, akhirnya saya memutuskan jalur Kopeng lebih mudah untuk ditempuh dibanding jalur Selo. meski lebih jauh, namun kondisi jalan dan konturnya yang landai dibanding jalur Selo membuat waktu tempuhnya lebih singkat dibanding jalur Selo yang langsung menuju jantung kota Boyolali.

setelah pagi hari menuntut ilmu bahasa arab di jogja. saya pun kembali ke magelang untuk bersiap mengantar pulang mbak asih ke Boyolali. memang rencana ke Magelang ini hanya ingin merasakan tongseng kelinci di pusat kuliner kartika sari, magelang. ckckck

namun sejak siang, suasana langit kota Magelang kurang cerah. sedikit ada tanda-tanda akan turunnya hujan meski kami menunggu agar hujan turun terlebih dahulu baru kami berangkat menuju Boyolali. setelah menunggu hingga jam 2 siang, ternyata langit masih tetap sama. gelap tapi tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. akhirnya saya dan mbak asih memutuskan berangkat menuju Boyolali agar tidak terlalu sore tiba disana.

jalur yang kami lewati melalui Kopeng menuju kota Salatiga. memasuki jalan Kopeng, sedikit rintik hujan mulai terasa di kulit. namun masih bisa ditolerir. hingga tiba di puncak jalur Kopeng, hujan urung untuk turun. saya pun memacu motor melewati liku-liku jalan yang kini saya bisa lihat karena semalam suasana gelap dan tidak bisa melihat pemandangan di sepanjang jalan. ternyata jalur Kopeng memberikan pemandangan yang tak kalah indah dengan jalur Selo. gunung merbabu menjulang di sisi kanan jalan dari arah Magelang menuju Salatiga. tak terasa kami tiba di ujung jalan dan berakhir di pintu masuk tol kota salatiga.

saya pun berinisiatif untuk mengisi perut dahulu sebelum tiba di rumah mbak asih. saya mau mencoba kuliner khas Boyolali dan setelah lihat banyaknya patung sapi sepanjang jalan dan mbak asih bilang bahwa Boyolali memang terkenal dengan peternakan sapi. akhirnya saya mau mencoba kuliner Iga Bakar dan Susu Murni khas Boyolali.

kami pun menuju pusat kota. mbak asih mendapat informasi tentang warung makan iga bakar yang terkenal murah dan porsinya besar. tapi sayang, ternyata hari minggu warung makan tersebut tutup. hiks, kami pun mencari alternatif lain. setelah melihat plang "Milk and Steak", kami pun mampir dan memesan makanan. saya sudah pasti pesan Iga Bakar dan STMJ. berharap dengan minum STMJ bisa mengembalikan stamina untuk kembali ke Magelang nanti.
Iga Bakar Boyolali

STMJ & Susu Murni Khas Boyolali
meski porsi iga bakarnya kecil tapi rasanya sangat lezat di mulut. rasa manis gurih dan empuknya daging yang lumer di mulut semakin menambah sensasi rasa daging bakar yang nikmat disantap saat cuaca mendung seperti ini. hangatnya susu segar yang menambah sensasi kuliner di kota dengan slogan "Boyolali Tersenyum".

ternyata jam sudah menuju pukul 5 sore, sadar kami belum sholat ashar. kami segera meluncur ke rumah mbak asih untuk sholat. seusai sholat ashar, ditemani segelas teh panas, saya pun menunggu waktu maghrib agar tidak perlu sholat maghrib di jalan. ternyata hujan turun juga, suasana kampung yang sudah sepi meski waktu baru menunjukkan pukul 6 sore. hujan pun tak kunjung reda, malah semakin membesar.

menjelang waktu isya, hujan pun reda. namun untuk berjaga-jaga, saya memakai celana jas hujan agar jika hujan dijalan tinggal memakai bagian atas jas hujannya saja. saya pamit dan segera meluncur ke kota Salatiga menuju pintu masuk jalur Kopeng, Magelang. hujan benar-benar sudah berhenti. jalanan pun tak terlalu licin dan ramai.

memasuki jalur kopeng, saya berhenti sejenak di depan persimpangan pintu tol salatiga untuk mengencangkan sarung tangan, memperbaiki posisi kupluk agar hangat sebelum memakai helm. tak lupa earphone untuk menemani sepanjang perjalanan malam menembus kopeng. kabut pun sudah turun dan memenuhi jalan.

memasuki jalur kopeng, tak banyak kendaraan lewat. sebuah truk kosong dengan sigap menyusul saya dan melaju dengan kecepatan diatas 60 km/jam. saya terheran dengan kondisi mesin truk yang sangat prima mampu melaju dan menyusul kendaraan lain (bahkan truk lain) dengan sigap. saya pun mengekor di belakangnya sepanjang jalan agar bisa berjaga-jaga apabila ada jalan menikung atau persimpangan. kabut semakin tebal. akhirnya saya bisa menyusul truk tersebut dan melaju dalam keheningan karena tidak ada kendaraan lagi di depan saya.

kabut membuat pandangan terbatas. terkadang saya harus extra hati-hati ketika ada kendaraan dari arah berlawanan datang dan lampunya menyorot terang ke wajah saya sehingga sulit untuk melihat jalan di depan. ada satu moment ketika di sebuah tanjakan di tengah sawah, saya melihat berkas sinar dari depan yang menandakan ada mobil dari sisi berlawanan. menuju ujung tanjakan, saya sedikit terkejut dengan cahaya lampu dan ternyata jalan sedikit berbelok sehingga saya tidak siap. saya pun masuk ke bahu jalan yang penuh batu dan sedikit berguncang. setelah sedikit tenang, saya pun melanjutkan perjalanan menembus kabut yang tak juga menipis. udara dingin mulai menembus jaket dan suasana sepi cukup membuat saya lebih berhati-hati.

jalur kopeng dari arah magelang sampai puncak tak banyak kelokan. lurus seakan jalan nirwana menuju surga. karena posisi saya dari arah Boyolali, saya menuruni jalan yang landai namun jika tak bisa menahan laju kendaraan, kecepatan bisa menembus hingga 70 km/jam tanpa digas sama sekali. saya menjaga kecepatan di 40 km/jam dan itupun sudah terasa kencang. sesekali menyalip kendaraan di depan dan memelankan kendaraan karena ada kendaraan dari sisi berlawanan.

akhirnya saya sampai di jalur lingkar luar magelang. suasana sepi di jalur kopeng langsung tergantikan dengan ramainya truk yang menuju kota semarang. saya segera meluncur ke kostn untuk segera melepas lelah dan menyimpan kenangan melintasi jalur yang penuh sensasi seru dua hari ini.

Magelang, 27 November 2014
@ZuhriUtama



0 comments:

Post a Comment