ini adalah lanjutan sebuah kisah. dari sebuah cerita singkat tentang salah sangka menjadi sebuah kisah cinta yang melewati batas dunia
Seorang gadis pulang ke rumahnya. Didapatinya seorang pemuda memarkir mobil di depan rumahnya. Awalnya si gadis tidak curiga. Namun kecurigaan muncul ketika ternyata peristiwa itu berulang setiap harinya.
SI gadis diam-diam memperhatikan, tampaknya ia pemuda yang sopan, karena di mobil lebih banyak menundukkan pandangan. Ada rasa lain di hati si gadis, jangan-jangan pemuda ini sedang mencuri pandang terhadapnya, atau sedang mengamati gerak-geriknya lataran ingin melamarnya. Terselip rasa gelisah sekaligus bahagia
Jantung berdetak aneh, ketika kembali ia dapati pemuda itu memarkir mobil di depan rumahnya. Pikiranpun melayang, membayangkan ia segera menikah tanpa telat usia. Diam-diam ia juga
mengamati, “mobilnya memang sederhana...tapi tidak masalah, karena tampaknya ia pemuda baik, nyatanya lebih banyak ghadhul bashar (menundukkan pandangan) di dalam mobil.
Waktu berlalu, dan perasaan si gadis semakin terasa ada yg beda, hingga ia bertanya pada dirinya sendiri, “inikah cinta?”
Tapi ada rasa heran terselip di benaknya, jika memang pemuda itu menyukainya, kenapa tidak juga mendatangi ayahnya untuk melamar? Padahal lama sudah pemuda itu memperhatikannya? Apakah ia takut diusir ayahnya karena mobil bututnya?
Tapi melihat keseriusannya, si gadis percaya bahwa pemuda itu mencintainya
Bagimana tidak, berjam-jam lamanya ia berada di depan rumahnya, saat si gadis pergi, kemudian masuk rumah dan hendak pergi... si pemuda tetap dalam posisinya. Bisa jadi pemuda itu sering mencuri pandang terhadapnya. Sepertinya si gadis tidak bisa bersabar lagi menunggu lebih lama. Karena hari-hari berlalu ia menunggu belum juga ada perkembangan.
Hingga suatu hari ia bulatkan tekad dan keberaniannya untuk menyambangi si pemuda itu. Jika memang ingin menikahinya, agar segera berbuat sesuatu, mengetuk pintu, menemui orang
tua dan kemudian melamarnya... Pelan namun pasti, si gadis mendekati mobil itu, sementara si pemuda masih menunduk di dalam mobilnya seperti biasanya.
Dengan menahan dag..dig..dug.., si gadis bertanya,
Gadis: “Maaf..., boleh tahu, kenapa Anda sering memarkir mobil di depan rumah kami?”
Pemuda : “WIFI di rumah Mbak tidak diberi password, jadi saya numpang internetan di sini setiap hari.”
Gadis : “Apa....???”
# hadeh!..., pantesan ghadhul bashar, orang mantengin laptop.
-- CONTINUED by @ZuhriUtama --
Ketika menaikkan pandangan. Pemuda itu terdiam. Ternyata selama ini ia luput melihat ad seorang wanita dirumah itu. ia terlalu khusyuk menatap laptopny hingga tak menyadari. Seorang wanita sering melihatny di dalam mobil.
Ikhwan itu pun meminta maaf lalu pergi
keesokan harinya, seseorang mengetuk pintu rumah tersebut. Sang wanita berharap itu pemuda yg sudah sepekan ini tak lagi menumpang internet drumahnya.
Entah knp bgitu ia berharap pemuda itu kembali lg. Ia pun segera turun dr kamarny di lantai dua. Melangkah cepat melompati dua anak tangga sekaligus. Hingga ia pun tiba di depan pintu
Sedikit terengah2, sang wanita merapikan jilbabnya. Tak lupa ia atur nafas dan memutar kenop pintu yang tiba2 terasa dingin saat menyentuhnya
"loh, ayah?". Koq sudah pulang jam segini. Aq kiraa......"
Ia tak meneruskan kata2nya. Sang ayah menatap heran putrinya yang biasanya sibuk di kamar kini membukakan pintu.
"kamu jg tumben. Semangat betul menyambut ayah. Trus kenapa jilbabmu rapih betul"
"oiya. Memangny qm kira siapa?. Qm lg nungguin temen qm? Jam segini jg qm tumben ad drumah."
Ayahny berkata sambil.melangkah masuk dan meletakkan tas kerja di sofa ruang tamu. Tak dilihatny wajah putriny yang berusaha menutupi salah tingkahny.
Sejenak ia melirik keluar pintu. Berharap mobil toyota crown coklat itu terparkir di seberang jalan dengan pemuda yang khusyuk menundukkan pandangan. Nihil..
kini sudah sebulan sejak terakhir ia menegur pemuda itu. mungkin ia terlalu keras menegurnya saat itu. berbagai pikiran muncul di kepalanya. tapi dengan cepat dihilangkan pikiran itu. ia masih sibuk berkutat dengan pekerjaan di kantor yang semakin menumpuk. ini akhir bulan, kesibukan menjelang laporan akhir bulan mengharuskannya tinggal lebih larut di kantor.
sudah pukul 7 malam ketika ia sampai di jalan masuk menuju ke rumahnya. ia pun dikejutkan dengan sebuah mobil yang terlihat sama sewaktu ia memergoki pemuda tersebut. perlahan ia berjalan sambil memasang kedua matanya lekat-lekat berharap menemukan pemuda tersebut didalam mobil. tapi tak ada siapa-siapa. "hmm, mungkin hanya mirip saja" pikirnya.
"assalaamu'alaikum..." ucapnya sambil membuka pintu yang memang tidak pernah dikunci kecuali semua penghuni sudah lengkap di dalam rumah. ia pun melepas sepatu flatnya dan meletakkan di rak sepatu di belakang pintu. saat ia masuk ke ruang tamu, pemuda itu sedang duduk bersama dengan ayahnya. sibuk berdiskusi serius namun ia masih belum menangkap isi percakapan tersebut.
"alya, sudah pulang rupanya" sang ayah menegurnya saat menyadari ada seseorang datang. "maaf, ayah tidak sadar saat kamu pulang. ayah sedang berdiskusi dengan tamu. dia datang kemari untuk meminta maaf atas kejadian sewaktu kamu memergokinya sedang memakai wifi rumah kita. bisa duduk sebentar nak dsebelah ayah?"
pemuda itu menunduk diam. secangkir teh sudah tersisa sedikit di dasar cangkir. sepertinya ia sudah sejak tadi sore berada disini. alya pun duduk dan meletakkan tasnya di samping sofa.
"nak, benar kamu sering melihat pemuda ini di depan rumah kita sambil menunduk diam didalam mobilnya?" ayahnya mencoba mengkonfirmasi perihal kejadian yang sudah dijelaskan pemuda itu sore tadi. "iya, ayah. awalnya aku mengira dia memiliki maksud tertentu dengan rumah kita." alya menjawab singkat sambil menunduk.
"nah, nak heru. coba kamu sampaikan lagi sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini didepan rumah kami sambil menggunakan wifi kami?" sang ayah pun memanggil bi sum yang membantu dirumah untuk mengisi ulang cangkir teh yang sudah hampir kosong itu.
"saya minta maaf sebelumnya kepada bapak dan keluarga. seperti yang sudah saya jelaskan. saya tidak ada maksud buruk. kebetulan saja saya waktu itu menemukan jaringan internet tanpa password yang kemudian saya manfaatkan. bukan untuk hal macam-macam, sungguh. saya tidak bohong". pemuda bernama heru itu tetap menunduk sambil sesekali memperbaiki posisi duduknya. pemuda berumur 24 tahun itu biasa saja. dengan kaos berkerah warna biru polos dan celana jeans yang mulai pudar warnanya.
"tidak apa2, nak heru. teruskan saja" sang ayah dengan sabar menyimak penjelasan pemuda tersebut agar putrinya paham atas maksud kedatangan pemuda tersebut
"sebenarnya, saya adalah mahasiswa semester akhir di universitas swasta. karena sudah tidak ada kegiatan kuliah, saya pun bekerja paruh waktu sebagai supir pribadi. beruntungnya, majikan saya berbaik hati meminjamkan saya sebuah laptop untuk saya agar bisa mengerjakan tugas akhir kapanpun. mobil pun beliau percayakan kepada saya untuk dipakai saat sedang tidak mengantar beliau. suatu hari, mobil saya mogok di depan rumah bapak. sambil menunggu montir khusus mobil tersebut, saya pun mengisi waktu mengerjakan referensi untuk tugas akhir saya. ternyata wifi di rumah bapak tidak dikunci, saya menyadari ketika melihat ada antena pemancar di atap rumah bapak. akhirnya setiap kali selesai mengantar majikan saya ke kantor, saya mampir ke depan jalan rumah bapak untuk mengerjakan tugas akhir saya". heru tak menyadari bahwa perbuatannya selama ini adalah perbuatan mencuri. ia pikir tidak akan sampai seperti ini kejadiannya.
pemuda itu pun mengangkat wajahnya dan melihat sekilas wanita yang dulu pernah menegurnya. sekedar meyakinkan bahwa perkataannya itu jujur. alya pun diam, entah apa yang harus ia jawab. akhirnya keluar juga sepatah kata dari bibirnya "saya juga minta maaf telah menegur anda waktu itu. saya tidak bermaksud kasar. hanya ingin memastikan saja jika memang anda tidak bermaksud apa-apa". alya menghela nafas, ia pun lega telah menyampaikan permintaan maaf atas sikap kasarnya waktu itu.
"baiklah, karena alya sudah mendengar cerita sebenarnya dan sudah tidak ada masalah diantara kita. sebaiknya kita sudahi saja percakapan ini. sudah cukup larut. nak heru pun sepertinya sudah harus beristirahat". "tapi pak..." heru sontak berbicara sebelum ia diminta pamit pulang. "tapi saya merasa bersalah jika tidak mengganti biaya penggunaan internet bapak selama sebulan kemarin. saya akan menggantinya ketika saya mendapat gaji saya bulan ini. saya janji pak." heru pun berusaha meyakinkan ia mampu menggantinya.
"sudah tidak usah nak heru. bapak dan alya sudah ikhlas. wong cuma internet saja. daripada tidak ada yang pakai. alya juga hanya memakai saat pulang kerja atau saat akhir pekan.. sudah, nak heru pakai saja untuk biaya kuliahnya". akhirnya heru pun pamit pulang sambil berkali-kali mengucapkan terima kasih. ia pun diizinkan untuk menggunakan internet jika sedang membutuhkannya.
alya pun bergegas naik ke atas dan masuk kamar. tubuhnya lelah, tapi beban di hatinya kini sudah ringan. tak ada rasa berat hati terhadap pemuda itu lagi. alya pun mendengar deru mobil di luar yang menjauh dan hilang dalam kegelapan malam.
tugas akhir heru berjalan lancar. sebentar lagi waktu sidang semakin dekat. heru semakin fokus menyelesaikan tugas akhirnya. referensinya sudah cukup lengkap sehingga hanya tinggal menyelesaikan penulisan saja. heru pun semakin dipercaya oleh majikannya sebagai supir pribadi. jika lulus nanti, heru dijanjikan posisi di kantor majikannya.
alya sendiri sudah melupakan pemuda itu. sesekali memang kadang teringat. tapi kesibukan kantornya membuat ia tenggelam dalam kertas-kertas laporan. dua bulan pun tak terasa. alya pun sebentar lagi akan dipromosikan jabatannya menjadi manager.
heru dan alya tak menyangka bahwa mereka akan bertemu kembali di tempat yang tidak disangka.
sore ini matahari masih teras panas. warung kopi yang tak jauh dari wilayah perkantoran kota itu pun tak luput dari sorotan matahari yang masih terasa menyengat. terpal biru yang menaungi bagian depan warung kopi tak mampu menahan hawa panasnya. heru sedang asyik menyeruput kopi sambil menunggu jam pulang kantor majikannya. disebelahnya tersusun 4 jilid hardcover tugas akhir yang akan dserahkan besok untuk syarat sidang.
tiba2 terdengar teriakan dari arah pertigaan jalan tak jauh dari warung kopi. seseorang sedang berteriak kepada seorang pria berambut gondrong yang berlari ke arah warung kopi sambil membawa sebuah tas hitam. sang korban penjambretan tersebut pun berusaha mengejar penjambret tersebut meski ia kalah stamina.
heru pun bergegas menolong bersama para pelanggan warung kopi yang mayoritas supir dan office boy perkantoran sekitar. pejambret tersebut melewati warung kopi dengan cepat sebelum heru sempat mencegatnya. heru sekilas sepertinya mengenali korban jambret tersebut tapi ia tidak berpikir lama, segera dilarikan kakinya mengejar penjambret tersebut. ditinggalkan begitu saja tugas akhir yang sudah tersusun rapi di warung kopi.
penjambret itu cukup gesit. berlari sambil berkelit diantara barisan mobil yang terparkir paralel di pinggir jalan. kesemrawutan tata parkir di daerah tersebut menjadi celah bagi penjambret tersebut untuk melarikan diri. heru pun mengejar tak kalah sigap. tubuhnya memang sudah terbiasa melintasi rintangan saat kecil dulu. ia besar di sebuah desa yang bertepian dengan hutan.
supir dan yang lainnya sudah menyerah. heru pun sekilas melihat celah untuk bisa memotong larinya sang penjambret. heru melompati selokan selebar setengah meter kemudian menjejak disebuah tumpukan peti yang biasa digunakan kantor ekspedisi untuk membawa paket kiriman. sang penjambret telah berbelok ke kanan di belokan depan. "masih sempat" ujar heru dalam hati sambil berusaha meraih ujung pagar pembatas yang membatasi area perkantoran dengan perkampungan di belakangnya. sang penjambret berusaha menghilang melalui gang kecil yang tembus ke belakang area perkantoran yang merupakan perkampungan penduduk.
heru tiba diatas pagar beton.dilihatnya penjambret itu berlari dengan cepat. ia tepat waktu. saat penjambret itu tak sadar melewati heru yang berdiri diatas pagar beton, heru pun melompat dan menyergap penjambret tersebut yang tak menyangka akan ada orang dari atas pagar. mereka berdua berguling-guling dan menabrak warung kecil yang hendak dirapikan pemiliknya.
penjambret itu pun terbujur diam sambil merintih karena heru sudah menindih dan mencengkram tangan penjambret tersebut. beberapa warga pun menolongnya dan menggiring pria tersebut ke pos keamanan sekitar. heru mengambil tas hitam tersebut lalu segera kembali ke warung kopi untuk mengembalikan tas tersebut.
heru pun bergegas mengembalikan tas hitam tersebut. ternyata itu adalah milik ayahnya alya. heru pun segera memberikan tas hitam tersebut yang terlihat kotor karena sempat terjatuh tadi. baru saja heru hendak menanyakan kabar, terdengar suara gaduh di mulut gang tempat penjambret tadi berbelok. ternyata penjambret itu berontak kemudian seorang rekannya datang dengan motor mencoba menabrak orang-orang yang hendak membawa jambret tersebut ke pos keamanan.
jambret tersebut segera melompat ke motor lalu mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. penjambret dan rekannya melajukan motornya dengan cepat ke arah heru dan ayahnya alya. penjambret itu merasa marah dan kalah dan ingin membalas dendam. heru yang menyadari hal itu segera menarik tubuh ayahnya alya yang hampir tergores ayunan pisau sang penjambret.
nyaris, pisau itu hanya menggores tas hitam yang dipegang oleh ayahnya alya. motor penjambret itu oleh lalu meluncur tak terkendali kemudian menghantam seseorang yang baru saja keluar dari kantor. kedua penjambret itu terluka parah. motornya terlempar dan meluncur ke arah jalan. seorang korban ikut terkapar dipinggir jalan.
setelah shock oleh kejadian tersebut. heru dan ayahnya alya bergegas menghampiri korban yang terkena tabrakan tadi. ternyata itu adalah alya. ia memang berencana untuk makan malam dengan ayahnya sore ini. ayahnya tadi sedang menunggu alya keluar kantor ketika ada penjambret mengambil tas milik ayahnya. ayahnya alya pun segera lari dan merangkul putrinya. entah apa salahnya, hari ini cobaan datang bertubi2.
heru terhenyak. ia menatap alya yang bersimbah darah. dari betis kanannya, terlihat tulang putih yang mencuat keluar dari darah yang mengalir. heru pun bertindak cepat, mobil majikannya terparkir tak jauh dari sana. setelah tiba di posisi dekat alya, heru pun keluar dan meminta bantuan orang-orang memasukkan alya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
sore ini, akan menjadi moment yang akan dkenang oleh mereka.
setiba di rumah sakit, tim UGD rumah sakit segera melakukan pertolongan pertama untuk mencegah darah keluar terlalu banyak dari korban. heru menelpon majikannya dan meminta izin telat menjemput setelah menceritakan kejadian tadi, majikannya pun menyuruh heru tetap di rumah sakit dan majikannya pulang dengan taxi.
ayahnya alya duduk terdiam di lorong sambil memeluk tas hitam yang sudah setengah robek tersebut. sesekali matanya melirik lampu yang berada diatas pintu UGD. proses pertolongan masih diupayakan oleh tim dokter. seorang perawat yang baru keluar dari ruang UGD menjelaskan singkat bahwa kondisi alya kritis. kaki kanannya patah. ia membutuhkan tranfusi darah segera.
heru pun duduk disebelah ayahnya alya dan mencoba menenangkannya. ia pun tak habis pikir kenapa ia harus kembali bertemu alya dalam keadaan seperti ini. ia memang sempat berpikir untuk datang ke rumah alya, sekedar silaturahim. namun pekerjaan dan tugas akhirnya menyita waktunya belakangan ini. ia juga tak sadar bahwa alya bekerja tak jauh dari kantor majikannya.
ayahnya alya pun bercerita. sejak kecil, alya dibesarkan olehnya sendiri. ibunya meninggal saat alya baru berusia 2 tahun, tepat ketika alya menyelesaikan ASI ekslusifnya. bi sum menggantikan ibunya merawat alya sedangkan ayahnya alya berusaha tegar untuk merawat dan membesarkan alya. alya adalah anak yang ditunggu selama 10 tahun pernikahan. ketika alya lahir, ia sangat mirip dengan ibunya. ayahnya pun menjadi terobati rindunya akan istrinya setiap kali menatap wajah alya.
akhirnya lampu diatas pintu UGD pun padam. seorang dokter keluar lalu menanyakan siapa keluarga dari korban. ayahnya alya pun berdiri dan bertanya kondisi putrinya saat ini. sang dokter pun membawa mereka ke ruang dokter. heru menunggu diluar ruangan. percakapan didalam bisa ia dengar. kondisi alya sangat mengenaskan. meski kondisi kritisnya sudah lewat, alya masih harus dirawat intensif. heru tidak menangkap percakapan selanjutnya. ayahnya alya keluar ruangan dengan diam seribu kata. tas hitamnya direngkuh dengan keras hingga memutih kulit jemarinya.
heru tak bisa berbuat apa2. ayahnya alya meminta heru pulang. alya sudah dipidahkan ke ruang ICU. ayahnya sudah menghubungi bi sum untuk membawa pakaian ganti dan keperluan selama di rumah sakit. heru pun memberikan waktu dan meminta izin pulang. ia baru menyadari badannya terasa sakit akibat melompat dari pagar tadi. bajunya sobek dan ia tidak tahu nasib tugas akhirnya yang tertinggal di warung kopi tadi.
sudah seminggu sejak kejadian tersebut. heru belum sempat menengok kembali kondisi alya. bukan tidak mau tapi ia tidak sempat. kesibukannya mempersiapkan sidang sangat menguras waktunya. diantara kesibukan bekerja dan sidang, heru menyempatkan mampir ke rumah alya. bi sum yang hendak keluar rumah pun mengatakan bahwa alya masih dirawat.
heru akhirnya tinggal menunggu jadwal sidang. ia pun kini punya waktu untuk menengok alya. berdasarkan info dari bi sum, alya sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. paviliun anggrek kamar 103. setelah mengetuk pintu, ayahnya alya muncul dari balik pintu. wajahnya sudah tidak murung. lebih cerah namun masih ada sedikit kesedihan di dalam matanya.
alya tergolek lemas di kasur. jilbab hijau muda yang menutupi kepalanya tergerai diatas tubuhnya yang tertutup selimut. masih ada perban di pelipis kanan matanya namun wajah cerianya masih terpancar. bak bidadari yang sendu. alya sedikit tersenyum kepada tamu yang baru datang tersebut. ia akhirnya bertemu kembali dengan pemuda itu. ia sempat mendengar suara heru saat menolongnya yang bersimbah darah di pinggir jalan. pemuda itu sudah menolong ayahnya dan dirinya.
heru tak bisa menahan haru dalam dirinya. ia tak menyangka akan melihatnya dalam keadaan seperti ini. akhirnya ia pun menyerahkan buah yang ia bawa kepada bi sum. ayahnya alya pun mengajaknya duduk di sofa dalam ruang rawat kelas 1 tersebut.
nyaris, pisau itu hanya menggores tas hitam yang dipegang oleh ayahnya alya. motor penjambret itu oleh lalu meluncur tak terkendali kemudian menghantam seseorang yang baru saja keluar dari kantor. kedua penjambret itu terluka parah. motornya terlempar dan meluncur ke arah jalan. seorang korban ikut terkapar dipinggir jalan.
setelah shock oleh kejadian tersebut. heru dan ayahnya alya bergegas menghampiri korban yang terkena tabrakan tadi. ternyata itu adalah alya. ia memang berencana untuk makan malam dengan ayahnya sore ini. ayahnya tadi sedang menunggu alya keluar kantor ketika ada penjambret mengambil tas milik ayahnya. ayahnya alya pun segera lari dan merangkul putrinya. entah apa salahnya, hari ini cobaan datang bertubi2.
heru terhenyak. ia menatap alya yang bersimbah darah. dari betis kanannya, terlihat tulang putih yang mencuat keluar dari darah yang mengalir. heru pun bertindak cepat, mobil majikannya terparkir tak jauh dari sana. setelah tiba di posisi dekat alya, heru pun keluar dan meminta bantuan orang-orang memasukkan alya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
sore ini, akan menjadi moment yang akan dkenang oleh mereka.
setiba di rumah sakit, tim UGD rumah sakit segera melakukan pertolongan pertama untuk mencegah darah keluar terlalu banyak dari korban. heru menelpon majikannya dan meminta izin telat menjemput setelah menceritakan kejadian tadi, majikannya pun menyuruh heru tetap di rumah sakit dan majikannya pulang dengan taxi.
ayahnya alya duduk terdiam di lorong sambil memeluk tas hitam yang sudah setengah robek tersebut. sesekali matanya melirik lampu yang berada diatas pintu UGD. proses pertolongan masih diupayakan oleh tim dokter. seorang perawat yang baru keluar dari ruang UGD menjelaskan singkat bahwa kondisi alya kritis. kaki kanannya patah. ia membutuhkan tranfusi darah segera.
heru pun duduk disebelah ayahnya alya dan mencoba menenangkannya. ia pun tak habis pikir kenapa ia harus kembali bertemu alya dalam keadaan seperti ini. ia memang sempat berpikir untuk datang ke rumah alya, sekedar silaturahim. namun pekerjaan dan tugas akhirnya menyita waktunya belakangan ini. ia juga tak sadar bahwa alya bekerja tak jauh dari kantor majikannya.
ayahnya alya pun bercerita. sejak kecil, alya dibesarkan olehnya sendiri. ibunya meninggal saat alya baru berusia 2 tahun, tepat ketika alya menyelesaikan ASI ekslusifnya. bi sum menggantikan ibunya merawat alya sedangkan ayahnya alya berusaha tegar untuk merawat dan membesarkan alya. alya adalah anak yang ditunggu selama 10 tahun pernikahan. ketika alya lahir, ia sangat mirip dengan ibunya. ayahnya pun menjadi terobati rindunya akan istrinya setiap kali menatap wajah alya.
akhirnya lampu diatas pintu UGD pun padam. seorang dokter keluar lalu menanyakan siapa keluarga dari korban. ayahnya alya pun berdiri dan bertanya kondisi putrinya saat ini. sang dokter pun membawa mereka ke ruang dokter. heru menunggu diluar ruangan. percakapan didalam bisa ia dengar. kondisi alya sangat mengenaskan. meski kondisi kritisnya sudah lewat, alya masih harus dirawat intensif. heru tidak menangkap percakapan selanjutnya. ayahnya alya keluar ruangan dengan diam seribu kata. tas hitamnya direngkuh dengan keras hingga memutih kulit jemarinya.
heru tak bisa berbuat apa2. ayahnya alya meminta heru pulang. alya sudah dipidahkan ke ruang ICU. ayahnya sudah menghubungi bi sum untuk membawa pakaian ganti dan keperluan selama di rumah sakit. heru pun memberikan waktu dan meminta izin pulang. ia baru menyadari badannya terasa sakit akibat melompat dari pagar tadi. bajunya sobek dan ia tidak tahu nasib tugas akhirnya yang tertinggal di warung kopi tadi.
sudah seminggu sejak kejadian tersebut. heru belum sempat menengok kembali kondisi alya. bukan tidak mau tapi ia tidak sempat. kesibukannya mempersiapkan sidang sangat menguras waktunya. diantara kesibukan bekerja dan sidang, heru menyempatkan mampir ke rumah alya. bi sum yang hendak keluar rumah pun mengatakan bahwa alya masih dirawat.
heru akhirnya tinggal menunggu jadwal sidang. ia pun kini punya waktu untuk menengok alya. berdasarkan info dari bi sum, alya sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. paviliun anggrek kamar 103. setelah mengetuk pintu, ayahnya alya muncul dari balik pintu. wajahnya sudah tidak murung. lebih cerah namun masih ada sedikit kesedihan di dalam matanya.
alya tergolek lemas di kasur. jilbab hijau muda yang menutupi kepalanya tergerai diatas tubuhnya yang tertutup selimut. masih ada perban di pelipis kanan matanya namun wajah cerianya masih terpancar. bak bidadari yang sendu. alya sedikit tersenyum kepada tamu yang baru datang tersebut. ia akhirnya bertemu kembali dengan pemuda itu. ia sempat mendengar suara heru saat menolongnya yang bersimbah darah di pinggir jalan. pemuda itu sudah menolong ayahnya dan dirinya.
heru tak bisa menahan haru dalam dirinya. ia tak menyangka akan melihatnya dalam keadaan seperti ini. akhirnya ia pun menyerahkan buah yang ia bawa kepada bi sum. ayahnya alya pun mengajaknya duduk di sofa dalam ruang rawat kelas 1 tersebut.
"maaf ya pak. saya baru sempat menengok lagi. kemarin saya sibuk mengurusi persiapan sidang tugas akhir saya. untung saja tugas akhir yang sudah di jilid kemarin masih disimpan oleh pemilik warung. seminggu ini saya harus sudah mendaftar diri untuk jadwal sidang. dan juga mengantar majikan bekerja" heru membuka percakapan terlebih dahulu. ayahnya alya tersenyum dan memakluminy.
pemuda yang telah menolongnya itu terlihat kurang tidur. ayahnya alya pun mengatakan bahwa alya baru 2 hari ini dipindahkan dari ICU ke ruangan ini. bi sum juga sudah bercerita tentang heru yang datang ke rumah. "pak, ada yang ingin saya bicarakan" heru kembali membuka percakapan. sudah lama ia memikirkannya. ia tahu, alya memang lebih tua 3 tahun darinya. namun itu tidak menjadikan alasan baginya untuk mengungkapkan hal tersebut.
heru pun mengungkapkan rasa kagumnya kepada alya yang selalu menjaga diri. selama ini ia memang berkeinginan menikah, namun kondisi keluarganya dan statusnya sebagai mahasiswa yang harus berusaha membayar kuliah sendiri membuat ia selalu urung untuk melakukannya. awalnya ia tidak yakin akan diterima oleh keluarga alya, namun ia tidak mau menghilangkan kesempatan ini.
alya adalah wanita yang dicarinya. wanita yang menjaga dirinya dan dewasa. ia melihat bahwa saat terakhir ia bertemu denganny untuk menyampaikan maaf, alya pun sepertinya memiliki perasaan yang sama. tapi alya bisa menahan dirinya dan tetap menjaga pandangannya. heru pun teringat akan firman allaah pada surat an-nuur ayat 31
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
ayahnya alya terdiam. ia menunduk dan hanya menatap lantai dibawahnya. bi sum pun menitikkan air mata. alya memalingkan wajahnya. suasana di ruangan tersebut tiba-tiba redup. laksana ada awan gelap masuk ke dalam ruangan dan menyelimuti penerangan didalamnya. heru pun merasa bersalah. mungkin ini bukan waktu yang tidak tepat. heru pun mencoba meminta maaf tapi ayahnya alya meminta ia diam. ayahnya alya menarik nafas dalam. "nak heru, bapak merasa senang dengan permintaan heru tersebut tapi bapak tidak mau membuat heru kecewa. alya sekarang sudah tidak sama dengan alya yang dulu. bapak takut kamu tidak bisa menerimanya"
heru bingung, alya adalah wanita yang sempurna baginya. dia masih terlihat sama dengan alya yang ditemuinya beberapa bulan lalu. ia masih nampak terlihat laksana sumber cahaya yang saat ini sedang dirundung awan gelap. dan ia ingin menjadi angin gunung yang mehilangkan awan gelap itu sirna dari wajahnya.
"nak heru, alya sudah tak lagi seperti yang dulu. kaki kanannya yang terluka semakin buruk dan tidak bisa diselamatkan. kakinya harus diamputasi, putriku mungkin sudah terlihat tidak sempurna bagimu nak. bapak tetap menyayangi alya karena ia putri bapak. tapi kamu nak, kamu mungkin bisa mencari wanita lain yang lebih sempurna bagimu. maafkan bapak. alya sendiri pun sebenarnya tadi tak mau ditemui olehmu saat bi sum mengatakan melihatmu tadi di lobi. namun bapak tak tega menolak orang yang sudah menolong keluarga kami.
heru pun terhenyak. ia tak menyangka bahwa bidadarinya telah kehilangan kakinya. ia sudah tak sempurna fisiknya. heru terdiam, wajahnya diam menahan amarah. kenapa harus ini yang terjadi. kenapa harus alya yang tertabrak. kenapa tidak dia saja yang tertabrak saat itu. kenapa ia tidak menemaninya selama di ruang ICU. kenapa.
"pak, saya mencintai anak bapak bukan karena kesempurnaan fisiknya. alya memang wanita yang cantik. tapi kecantikan akhlaknya lah yang menjadikan saya mencintainya. saya memang bukan laki-laki sempurna bagi alya tapi saya akan selalu berusaha menjadi yang sempurna bagi alya. saya akan menerima ia bagaimanapun kondisinya. majikan saya sudah menjanjikan posisi sebagai staff di kantornya. memang bukan posisi tinggi tapi jika saya berusaha, dalam 1-2 tahun saya sudah bisa menjadi kepala bagian. sidang saya akan dilaksanakan pekan depan. setelah sidang, saya bisa langsung bekerja dan mampu memberi nafkah untuk anak bapak. ia tak perlu bekerja, biar saya yang merawatnya. saya akan menyediakan kebutuhannya. cukuplah ia menjadi pelita bagi saya agar terus berusaha menjadi imam yang baik baginya"
pemuda yang telah menolongnya itu terlihat kurang tidur. ayahnya alya pun mengatakan bahwa alya baru 2 hari ini dipindahkan dari ICU ke ruangan ini. bi sum juga sudah bercerita tentang heru yang datang ke rumah. "pak, ada yang ingin saya bicarakan" heru kembali membuka percakapan. sudah lama ia memikirkannya. ia tahu, alya memang lebih tua 3 tahun darinya. namun itu tidak menjadikan alasan baginya untuk mengungkapkan hal tersebut.
heru pun mengungkapkan rasa kagumnya kepada alya yang selalu menjaga diri. selama ini ia memang berkeinginan menikah, namun kondisi keluarganya dan statusnya sebagai mahasiswa yang harus berusaha membayar kuliah sendiri membuat ia selalu urung untuk melakukannya. awalnya ia tidak yakin akan diterima oleh keluarga alya, namun ia tidak mau menghilangkan kesempatan ini.
alya adalah wanita yang dicarinya. wanita yang menjaga dirinya dan dewasa. ia melihat bahwa saat terakhir ia bertemu denganny untuk menyampaikan maaf, alya pun sepertinya memiliki perasaan yang sama. tapi alya bisa menahan dirinya dan tetap menjaga pandangannya. heru pun teringat akan firman allaah pada surat an-nuur ayat 31
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
ayahnya alya terdiam. ia menunduk dan hanya menatap lantai dibawahnya. bi sum pun menitikkan air mata. alya memalingkan wajahnya. suasana di ruangan tersebut tiba-tiba redup. laksana ada awan gelap masuk ke dalam ruangan dan menyelimuti penerangan didalamnya. heru pun merasa bersalah. mungkin ini bukan waktu yang tidak tepat. heru pun mencoba meminta maaf tapi ayahnya alya meminta ia diam. ayahnya alya menarik nafas dalam. "nak heru, bapak merasa senang dengan permintaan heru tersebut tapi bapak tidak mau membuat heru kecewa. alya sekarang sudah tidak sama dengan alya yang dulu. bapak takut kamu tidak bisa menerimanya"
heru bingung, alya adalah wanita yang sempurna baginya. dia masih terlihat sama dengan alya yang ditemuinya beberapa bulan lalu. ia masih nampak terlihat laksana sumber cahaya yang saat ini sedang dirundung awan gelap. dan ia ingin menjadi angin gunung yang mehilangkan awan gelap itu sirna dari wajahnya.
"nak heru, alya sudah tak lagi seperti yang dulu. kaki kanannya yang terluka semakin buruk dan tidak bisa diselamatkan. kakinya harus diamputasi, putriku mungkin sudah terlihat tidak sempurna bagimu nak. bapak tetap menyayangi alya karena ia putri bapak. tapi kamu nak, kamu mungkin bisa mencari wanita lain yang lebih sempurna bagimu. maafkan bapak. alya sendiri pun sebenarnya tadi tak mau ditemui olehmu saat bi sum mengatakan melihatmu tadi di lobi. namun bapak tak tega menolak orang yang sudah menolong keluarga kami.
heru pun terhenyak. ia tak menyangka bahwa bidadarinya telah kehilangan kakinya. ia sudah tak sempurna fisiknya. heru terdiam, wajahnya diam menahan amarah. kenapa harus ini yang terjadi. kenapa harus alya yang tertabrak. kenapa tidak dia saja yang tertabrak saat itu. kenapa ia tidak menemaninya selama di ruang ICU. kenapa.
"pak, saya mencintai anak bapak bukan karena kesempurnaan fisiknya. alya memang wanita yang cantik. tapi kecantikan akhlaknya lah yang menjadikan saya mencintainya. saya memang bukan laki-laki sempurna bagi alya tapi saya akan selalu berusaha menjadi yang sempurna bagi alya. saya akan menerima ia bagaimanapun kondisinya. majikan saya sudah menjanjikan posisi sebagai staff di kantornya. memang bukan posisi tinggi tapi jika saya berusaha, dalam 1-2 tahun saya sudah bisa menjadi kepala bagian. sidang saya akan dilaksanakan pekan depan. setelah sidang, saya bisa langsung bekerja dan mampu memberi nafkah untuk anak bapak. ia tak perlu bekerja, biar saya yang merawatnya. saya akan menyediakan kebutuhannya. cukuplah ia menjadi pelita bagi saya agar terus berusaha menjadi imam yang baik baginya"
alya sudah tak bisa membendung air matanya. ayahnya alya pun tak menyangka bahwa pemuda yang dulu terlihat seperti mahasiswa yang tak memiliki apa2, tak terlihat dari kalangan berada itu mampu menerima anaknya dengan kondisinya seperti ini.
ayahnya alya pun meminta waktu memikirkannya. heru pun pamit pulang setelah sekilas menatap wajah bidadarinya masih berpaling dan menahan air mata yang tak terbendung. ia tak menyampaikan apa2. bi sum mengantarnya keluar ruangan. heru pun pulang dalam keadaan terguncang.
kini hari yang dinanti, heru kembali sibuk mempersiapkan sidangnya. tak ada kabar berita dari keluarga alya. sempat ia datang ke rumah sakit, ternyata mereka sudah pulang. namun beberapa kali heru mendatangi rumahnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. heru pun memfokuskan diri menyiapkan sidangnya. ia harus lulus dengan nilai terbaik.
seusai sidang, heru mendapat tepukan meriah dari penguji. materi tugas akhirnya sangat menarik. permasalahan yang ia angkat memang bukan sesuatu yang baru tapi cara ia memaparkan solusi terhadap masalah tersebut telah mengejutkan penguji. metodenya sederhana namun sangat efektif. heru pun lulus dengan nilai cumlaude.
ketika keluar ruangan, heru terkejut. ayahnya alya sudah berada didepan ruangan beserta dengan bi sum dan alya yang duduk di kursi roda. majikannya juga berdiri tak jauh dari sana. ternyata keluarga alya mendatangi rumah majikannya dan bertanya dimana heru. majikannya pun tau bahwa heru sedang menjalani sidang hari ini. keluarga alya baru kembali dari rumah rehabilitasi. mereka membawa alya ke rumah peristirahatan di pegunungan agar lebih cepat pulih. alya masih sulit menggunakan tongkat penyangga tapi kondisinya membaik.
ayah alya menyampaikan selamat kepada heru. majikannya juga segera memberikan selamat dan mengatakan bahwa heru bisa memulai bekerja pekan depan. alya tersenyum menatap heru, ia telah menyetujui permintaan heru untuk meminangnya. ayahnya alya turut berbahagia dan mengatakan pernikahannya bisa diadakan segera setelah alya sudah mampu menggunakan tongkat penyangga.
ayahnya alya pun meminta waktu memikirkannya. heru pun pamit pulang setelah sekilas menatap wajah bidadarinya masih berpaling dan menahan air mata yang tak terbendung. ia tak menyampaikan apa2. bi sum mengantarnya keluar ruangan. heru pun pulang dalam keadaan terguncang.
kini hari yang dinanti, heru kembali sibuk mempersiapkan sidangnya. tak ada kabar berita dari keluarga alya. sempat ia datang ke rumah sakit, ternyata mereka sudah pulang. namun beberapa kali heru mendatangi rumahnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. heru pun memfokuskan diri menyiapkan sidangnya. ia harus lulus dengan nilai terbaik.
seusai sidang, heru mendapat tepukan meriah dari penguji. materi tugas akhirnya sangat menarik. permasalahan yang ia angkat memang bukan sesuatu yang baru tapi cara ia memaparkan solusi terhadap masalah tersebut telah mengejutkan penguji. metodenya sederhana namun sangat efektif. heru pun lulus dengan nilai cumlaude.
ketika keluar ruangan, heru terkejut. ayahnya alya sudah berada didepan ruangan beserta dengan bi sum dan alya yang duduk di kursi roda. majikannya juga berdiri tak jauh dari sana. ternyata keluarga alya mendatangi rumah majikannya dan bertanya dimana heru. majikannya pun tau bahwa heru sedang menjalani sidang hari ini. keluarga alya baru kembali dari rumah rehabilitasi. mereka membawa alya ke rumah peristirahatan di pegunungan agar lebih cepat pulih. alya masih sulit menggunakan tongkat penyangga tapi kondisinya membaik.
ayah alya menyampaikan selamat kepada heru. majikannya juga segera memberikan selamat dan mengatakan bahwa heru bisa memulai bekerja pekan depan. alya tersenyum menatap heru, ia telah menyetujui permintaan heru untuk meminangnya. ayahnya alya turut berbahagia dan mengatakan pernikahannya bisa diadakan segera setelah alya sudah mampu menggunakan tongkat penyangga.
-- THE END --
0 comments:
Post a Comment