rencananya saya akan menjemput kawan saya - mbak asih yang tinggal di daerah Teras, Boyolali pada sabtu, 22 november 2014 lalu akan menginap di rumah mbak emi di Tuguran, Magelang. sejak senin saya sudah merencanakan perjalanan yang akan saya tempuh menuju boyolali. setelah mengecek Google Maps, ternyata satu-satunya jalur yang menghubungkan antara magelang dengan boyolali adalah jalur yang berada diantara kaki gunung merbabu dan merapi.
kebetulan saya pernah melewati jalur yang melewati kesana. sudah baca cerita saya ke pondok modern gontor 6? ternyata jalur ini sama dengan jalur menuju pondok modern gontor menuju objek wisata Ketep Pass. tapi pemilihan jalur ini akan menjadi perjalanan yang akan sangat saya kenang hingga sekarang. ;)
saya pun menyiapkan kondisi kendaraan yang akan digunakan. motor segera saya servis. ganti oli, ganti busi, cek rem, mengencangkan rantai yang kendor, dan mencucinya setelah sejak dari awal dipinjamkan belum juga dicuci. hehehe.
sabtu pagi, 22 november 2014 pun tiba. rencananya saya akan berangkat pukul 2 siang dengan estimasi perjalanan selama 2 jam sehingga tiba sesuai rencana, jam 4 dirumah mbak asih. paginya diisi dengan lembur kerjaan yang masih tertunda sejak jum'at kemarin. menjelang pukul 2 siang, saya pun mengontak mbak emi untuk meminjam helm dan jas hujan cadangan. musim hujan bulan ini cukup intens menurunkan air yang tiada henti di siang hari.
pukul 2 siang pun saya sudah meluncurkan motor menuju selatan magelang menuju pertigaan yang akan membawa saya memasuki jalur selo. menyebut kata "Selo" membuat saya teringat mimpi saya untuk mendaki puncak gunung merbabu. yup, Selo adalah salah satu gerbang masuk menuju kawasan taman nasional gunung merbabu. jalur ini cukup terkenal karena mudah didaki bagi para pemula.
langit siang ini terlihat sedikit mendung. meski belum hujan tapi saya sudah mempersiapkan diri jika ditengah jalan tiba-tiba turun hujan. setibanya di pertigaan dari jalan raya magelang-jogja. saya pun berbelok ke kiri menuju jalan yang akan melewati kaki gunung menuju kota boyolali. setelah menanjak sejauh 8 km, saya pun melewati plang bertuliskan Gontor 6 Darul Qiyam Magelang. perjalanan saya masih jauh.
semakin ke atas, suasana semakin mendung dan gelap. kadang terasa ada air yang menyentuh pori-pori kulit tangan tanda gerimis turun namun belum ada niat saya untuk berhenti dan menggunakan jas hujan. setibanya di pertigaan besar, saya agak ragu. di google maps, saya akan menemui pertigaan yang membagi jalur ke kanan menuju boyolali, dan kiri menuju kawasan wisata ketep pass. saya pun bertanya ke pemuda setempat dan saya diarahkan ke kanan menuju jalur selo. yup, i'm on the right way.
memasuki jalur ini, naungan pohon semakin lebat dan jalan semakin mengecil dengan tekstur jalan yang berpasir dan berkelok-kelok. pada beberapa belokan pertama, saya harus menyesuaikan diri membawa motor melewati jalur yang berbahaya ini. sempat saya mengalami moment "Nyungsruk" ke bahu jalan karena pola jalan yang menurun, lalu berbelok dan langsung menanjak. jika kondisi jalan mulus mungkin mudah melewatinya. namun karena pasir yang berada di tengah jalan membuat saya bingung antara mengerem, berbelok atau bersiap menarik gas untuk menghadapi tanjakan. walhasil, saya pun merelakan tubuh saya berguncang karena telat membelokkan motor di tikungan berpasir dan berakhir di bahu jalan berbatu. setelah tengok kanan kiri tidak ada kendaraan lain, saya pun tertawa sendiri melihat kondisi saat ini. setelah memastikan kendaraan aman, perjalanan saya lanjutkan.
jalur ini masih dalam kawasan kaki gunung merbabu, meski gunung merapi sudah terlihat dari jauh. jalur ini banyak dilewati truk pasir dan mobil bak yang mengangkut pasir dari tempat-tempat penggalian pasir yang berasal dari lahar dingin letusan gunung merapi beberapa saat lalu. meski tengah hari, hawa dingin sudah menjalar di tubuh namun hujan belum juga turun. alhamdulillah.
setelah berkelok-kelok tanpa ada petunjuk sudah sejauh mana saya berjalan, di kejauhan sosok gunung merapi semakin terlihat dan membesar. kondisi cuaca di merbabu dan merapi berbeda 180 derajat. merapi terlihat sangat bercahaya tanpa ada awan gelap menutupinya. puncaknya terlihat anggun sedangkan merbabu masih tertutup awan gelap tebal. saya pun berdecak kagum mengucap dzikir atas keagungan kuasa Allaah swt yang telah menciptakan makhlukNya dengan sebaik-baik ciptaan. saya pun menyempatkan memotret keanggunan gunung merapi nun jauh disana.
Pemandangan gunung merapi dari jalur selo |
suasana kiri kanan jalan mulai dipenuhi rumah penduduk dan pertokoan. beberapa pasar dan tempat-tempat umum. saya pun melewati pintu gerbang pendakian gunung merbabu dan merapi. yup, dari selo, kamu bisa mengakses jalur pendakian bagi ke gunung merbabu maupun merapi. bis dari boyolali pun tersedia untuk menjangkau jalur ini sehingga memang sangat mudah bagi para pendaki pemula untuk tiba disini.
setelah melewati selo, saya pun sampai di Pasar Cepogo. memasuki daerah boyolali, saya pun semakin memacu kendaraan menuruni jalan menuju kota boyolali. cuaca cerah tanpa ada sedikit pun awan gelap menggantung di langit sana. setelah bertemu pom bensin yang menunjukkan bahwa daerah ini sudah mendekati pinggir kota. saya pun tiba di lampu merah pertama sejak dari lampu merah terakhir di pertigaan jalan raya magelang-jogja.
saya pun menepikan kendaraan untuk mengecek lokasi saya. saya masih menerka-nerka arah mana yang harus diambil untuk menuju rumah mbak asih. saya pun teringat dengan kunjungan saya beberapa bulan lalu kesini dan ini adalah perempatan ketika saya menuju pusat kota, lurus ke depan. berarti saya mengambil arah ke kanan, menuju selatan boyolali melewati jalan lingkar barat.
setelah merasa cemas karena belum juga sampai di jalan yang saya kenal, akhirnya saya tiba di pertigaan yang saya hapal betul ketika dulu saya hendak pulang ke semarang setelah menginap di rumah mbak asih. dari sini, saya pun melaju mantap menuju rumah mbak asih. setiba disana, ternyata rumahnya tertutup rapat dan seorang nenek-nenek menyapa saya dari jalan dengan bahasa jawa yang kental, sedikit yang saya pahami bahwa mbak asih tidak dirumah dan mungkin ada di sekolah. saya cek pesan masuk ternyata memang mbak asih menyuruh saya menjemput di kantin sekolah tempat orangtuanya menjalankan usaha kantin di salah satu sekolah sma negeri boyolali. pukul 16.20, saya sampai di tujuan.
mbak asih sedang sibuk menyiapkan jus jambu biji yang akan didinginkan di lemari pendingin. saya menikmati kepulan uap panas dari segelas jahe cap "Nyonya Romlah". setelah menunaikan sholat ashar dan bersiap-siap, pukul 5 sore kami pamit dengan ibunya mbak asih dan bersiap bertolak menuju magelang.
ternyata jalur yang saya ambil lewat selo itu "salah". salah dalam artian jalur yang dimaksud mbak emi adalah lewat kopeng bukan lewat selo. karena awalnya dikatakan dari magelang ke boyolali itu butuh waktu 1,5-2 jam dengan kendaraan pribadi yang nyatanya saya tempuh hampir 2,5 jam. karena yang dimaksud adalah lewat jalur kopeng. yaitu jalan yang melintasi kaki gunung merbabu sebelah utara dari magelang menuju SALATIGA. pantas saja, memang benar jika ingin langsung menuju boyolali, jalur selo lah yang paling tepat tapi kondisinya kurang bagus. jalur kopeng katanya lebih bagus dan ramai sehingga lebih cepat melintasinya.
akhirnya saya dan mbak asih menuju magelang lewat kopeng. saat maghrib tiba, kami pun mampir sebentar di masjid. setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota salatiga, pintu masuk jalur kopeng menuju magelang. malam sudah tiba ketika kami memasuki jalan masuk menuju jalur kopeng. hawa dingin mulai menusuk. sepanjang perjalanan saya mengajak ngobrol mbak asih seputar kegiatan mengajarnya di SDIT ibnu umar. selain untuk mengusir rasa kantuk sekaligus mengusir hawa dingin yang menerpa tubuh.
saya pun langsung sumringah ketika melihat jalan raya kopeng yang mulus dan lebar, tak perlu cemas karena jalur ini ramai dilewati mobil pribadi dan beberapa truk. sepanjang kiri kanan jalan dipenuhi hotel-hotel murah. gosip-gosipnya, hotel disini banyak dipakai untuk mesum. sepanjang jalan akan ada yang menawarkan jasa kamar hotel dengan kisaran harga antara 35ribu-50ribu! kurang tau apakah itu untuk semalam atau hitungan jam. namun sepanjang perjalanan kami, tidak ada satupun orang yang menawarkan kami. sepertinya kami tidak termasuk kategori "Pasangan Mesum". hahaha
mendekati puncak kopeng, suasana masih terasa sepi. padahal ini adalah sabtu malam yang identik dengan muda-mudi yang jalan-jalan. melewati puncak kopeng, kami pun menuruni jalan yang lurus menuju kota magelang. meski menurun, saya tidak berani memacu motor lebih dari 40km/jam. selain belum mengenal jalur ini, kondisi kabut yang tebal pun cukup memberikan saya tanda untuk berjaga-jaga agar tidak salah berbelok.
jalanan terus turun tanpa banyak kelokan tajam. seperti meluncur dari atas seluncuran di gelanggang renang ancol. sesekali menyusul truk yang melambat dan menjaga kecepatan agar tidak kebablasan. sesekali disusul mobil pribadi yang terburu-buru menuruni jalan. kami pun akhirnya sampai di pertigaan kopeng di jalur lingkar luar magelang.
pukul 7 malam kami pun tiba di rumah mbak emi. melepas lelah sebentar dan menutup malam ini dengan wisata kuliner tongseng kelinci di pusat kuliner kartika sari magelang.
0 comments:
Post a Comment