sumber : shafiqolbu.files.wordpress.com |
dimulai dari latar belakang hidup saya yang memang berasal dari keluarga dengan lingkungan agama yang kental, tentunya agama islam. berasal dari keluarga Betawi meski sebenarnya buyut saya berasal dari bekasi dan cikampek. tapi kakek saya dari ibu maupun bapak telah lama tinggal di jakarta. budaya betawi islam yang kental akan tahlilan dan maulidan ini mengisi masa kecil saya selama tinggal di jakarta.
selama 12 tahun, saya menempuh pendidikan di sekolah swasta yang masih memiliki hubungan kerabat. ya, sekolah ini seperti rumah keluarga besar. alasannya karena hampir semua anak dari para kerabat saya disekolahkan disini, diajarkan oleh guru yang masih ada hubungan kerabat dengan saya dan juga dibina oleh yayasan yang dimiliki oleh seorang kerabat saya juga. hebat bukan? sekolah dimana saya duduk bersebelahan dengan saudara saya, ada om saya bahkan kakek saya pun bisa satu kelas dengan saya. hehehe, membingungkan tapi saya bisa menceritakannya jika anda bertemu dengan saya langsung.
saya tumbuh di lingkungan sekolah berbasis agama. sepulang sekolah masih ada kegiatan mengaji di dekat rumah. pada hari-hari besar agama islam, kampung saya ramai dengan berbagai perayaan yang dipenuhi dengan alunan qasidah, marawis dan rebana. sehingga seperti layaknya anak yang selalu diharuskan hidup sesuai norma agama, saya pun menjadi anak yang "tidak suka macam-macam".
selepas 12 tahun masa sekolah saya hingga saya tamat SMA, barulah saya mengenal kehidupan di luar kampung. terdengar seperti anak ketinggalan zaman ya?. saya jadi teringat lagu film Si Doel yang liriknya "anak betawi.... ketinggalan jaman.... katenyee....". nah, saya merasa lagu ini menggambarkan saya betul. hehehe. saya tidak menyangkal tapi saya pun tidak menyesal. jika allaah berkehendak seperti itu.
perkenalan dengan dunia luar dimulai dari pendidikan saya di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. selama 4 tahun, saya menikmati perjalanan antara kalibata - ciputat. walau belum terlalu luas, saya mulai mengenal orang-orang dari berbagai kalangan. mulai dari anak pesantren (yang ternyata lebih gaul dari saya) hingga anak konglomerat yang tidak diperhatikan orangtuanya. seringkali saya merasa sangat terlambat mengenal dunia luar. seperti tertinggal jauh oleh mereka yang sudah merasakan sekolah di negeri, jauh dari keluarga atau sempat ikut perlombaan nasional.
kehidupan di kampus belum menjadikan saya benar-benar berani mengenal dunia luar. tak terasa selama 4 tahun saya fokus belajar tanpa sempat ikut kegiatan kemahasiswaan. pernah sesekali diajak ikut organisasi politik kampus namun saya masih awam dengan hal berbau politik. saya melihat politik adalah sebuah kelompok kejam yang mementingkan kepentingan golongannya sendiri.
memasuki dunia kerja, saya sudah memulainya sebelum saya benar-benar menyelesaikan kuliah saya. saya cukup percaya diri dengan kemampuan saya sehingga saat melamar kerja ternyata saya diterima dengan kelonggaran untuk tetap bisa menyelesaikan semester akhir kuliah saya sambil bekerja. saya sangat bersyukur dan menikmati kegiatan kerja sambil kuliah saya.
kembali ke kehidupan agama saya. hingga saya selesai kuliah, kegiatan agama saya masih berpusat di lingkungan rumah. pengajian remaja, majlis dzikir dan kegiatan-kegiatan lain yang berfokus pada kegiatan ibadah meski sebenarnya saya sendiri belum memahami benar dasar dan aturan ibadah seperti pemahaman mengenai kalimat syahadatain (dua kalimat syahadat), pemahaman tentang gerak sholat dan berbagai ilmu terkait ushuluddin (pokok agama).
saya baru menyadari bahwa di keluarga kami lebih ditekankan tentang lakukan saja ibadah yang sudah dicontohkan oleh orang-orang tua terdahulu. sehingga saya dan remaja di lingkungan saya pun memang bisa dikatakan rajin sholat dan rajin ngaji. persis seperti lagunya Si Doel. "aduh, sialan..... si Si Doel anak betawi asli.... kerjaannyee.. sembahyang mengaji.....". nah, betawi banget kan. hehehe.
kemudian saat bekerja, saya mulai membuka diri dengan kajian-kajian islam diluar lingkungan saya. mengikuti pengajian fiqih dan tauhid baik di istiqlal maupun kajian baik yang berbayar maupun sukarela. inilah momen saya mulai mengisi celah-celah kekosongan yang membutuhkan penjelasan terkait ibadah yang selama ini saya lakukan.
hingga akhirnya saya pun mengenal tentang penjelasan surah al-ikhlas. sederhana saja, ilmu tentang ikhlas dimana untuk menjadi orang yang ikhlas, belajarlah dari surat al-ikhlas dimana dalam suratnya kita tidak menemukan kata ikhlas didalamnya. ini menjadi pelajaran bahwa untuk menjadi orang yang ikhlas bukanlah orang yang sering berkata "saya ikhlas". jika ia ikhlas, maka ia akan merelakannya dan menerima sepenuh hati tanpa perlu mengatakannya.
inilah yang sedang saya coba terapkan. setelah perjalanan hidup saya dalam mempelajari agama islam. meski terkadang terasa ada rasa sesal akan terlambatnya saya dalam memahami pokok agama islam, saya pun mencoba menerimanya. tanpa harus berkata "saya ikhlas atas jalan hidup saya ini".
0 comments:
Post a Comment